Gerhana dan Khurafat

Hikmah:  Meneguhkan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad SAW
Berita

Al-Huda.id. AHAD dini hari, pada 14 Rabiul Akhir 1445 H, bertepatan 29 Oktober 2023 M,terjadi fenomena gerhana bulan. Sesuai Maklumat Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerhana Bulan Sebagian yang melintasi seluruh wilayah Indonesia.

Dalam Maklumat MTT yang dirilis pada 23 Oktober 2023, disebutkan bahwa di seluruh kawasan di Sumatera, Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat dan sebagian Kalimantan Barat, Gerhana Bulan Sebagian dapat disaksikan sejak awal gerhana hingga berakhirnya gerhana. Di Papua, sebagian besar Papua Barat, dan sebagian Maluku Gerhana Bulan Sebagian dapat disaksikan sejak awal gerhana hingga bulan terbenam saat gerhana bulan sebagian berlangsung.?

Di sebagian kecil wilayah Papua Barat, sebagian kecil Maluku, Maluku Utara, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Barat Gerhana Bulan Sebagian dapat disaksikan sejak awal gerhana hingga bulan terbenam saat gerhana bulan penumbral berlangsung.?

Dewan Takmir Masjid Jami Al Huda dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pulo menggelar shalat gerhana sesuai imbauan MTT. Shalat dan khutbah disampaikan Ketua Ta?mir Masjid Al-Huda, Abdul Mutaqin. Shalat dimulai pukul 03.00 WIB dan selesai khutbah lima menit menjelang azan Subuh.?

Dalam khutbahnya, Abdul Mutaqin yang juga anggota Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok menegaskan bahwa gerhana harus direspons dengan sunnah. Sunnah mengajarkan, apabila terjadi gerhana, kaum muslimin dianjurkan banyak berzikir, bertakbir, menegakkan salat, dan bersedekah, bukan dengan khurafat dan tahayul.

Di sebagian masyarakat, masih ada yang menaruh kepercayaan bahwa gerhana terjadi karena raksasa besar (Buto) sedang berusaha menelan matahari. Agar raksasa itu memuntahkan kembali matahari, maka orang-orang diperintahkan untuk menabuh berbagai perkakas, seperti kentongan, bedug, bambu atau bunyi-bunyian lainnya.?

Masih ada pula sebagian masyarakat yang meyakini bahwa wanita yang sedang hamil diharuskan bersembunyi di bawah tempat tidur atau bangku saat terjadi gerhana. Tindakan ini dilakukan, konon agar bayi yang sedang dikandung lahir tidak dalam keadaan wajahnya hitam sebelah.

Demikia pula saat terjadi gerhana bulan. Sebagian masyarakat di Jawa mempercayai bahwa gerhana bulan akan membawa bencana atau bala? bagi orang-orang yang tidak mau menghalaunya. Maka, bila gerhana bulan terjadi pada saat musim tanam, maka mereka pergi ke sawah atau ladang untuk membangunkan tanaman-tanaman agar tidak menjadi korban keganasan makhluk yang tengah memakan bulan. Bagi mereka yang berternak segera membangunkan hewan-hewan ternak agar selamat dari kejahatan gerhana.?

Pada masa Rasulullah SAW di Madinah, gerhana pun terjadi beberapa kali. Sesuai data Astronomi, pada masa beliau di Madinah (622-632 M), terjadi setidaknya 5 (lima) kali gerhana bulan dan 4 (empat) kali gerhana matahari dengan kronologi sebagai berikut:

  • Gerhana Matahari? 21 Juni 624 M/ 29 Dzulhijjah 2 H
  • Gerhana Bulan 20 November 625 M / 14 Jumadil Akhir 4 H?
  • Gerhana Bulan 17 Mei 626 M/ 15 Dzulhijjah 4 H?
  • Gerhana Matahari Mini? 21 April 627 M / 29 Dzulqo?dah 5 H
  • Gerhana Bulan 25 Maret 628 M / 14 Dzulqo'dah 6 H
  • Gerhana Matahari Mini 3 Oktober 628 M/ 29 Jumadil Awal 7 H?
  • Gerhana Bulan 15 Maret 629 M / 14 Dzulqo'dah 7 H?
  • Gerhana Bulan Sebagian 4 Maret 630 M / 14 Dzulqo'dah 8 H
  • Gerhana Matahari 27 Januari 632 M/ 29 Syawal 10 H

Saat gerhana berlangsung, Rasulullah SAW membimbing kaum muslimin Madinah untuk mendekatkan diri kepada Allahg SWT. Sebab, pada hakikatnya, gerhana merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah di jagat raya.

Memang, Rasulullah SAW melakukan shalat gerhana hanya dua kali. Pertama saat Gerhana Bulan 14 Jumadil Akhir 4 H, bertepatan dengan 20 November 625 M. Kedua, saat Gerhana Matahari, 29 Syawal 10 H, bertepatan dengan 27 Januari 632 M.

Mengapa Rasulullah SAW hanya dua kali melaksanakan shalat gerhana, padahal gerhana terjadi beberapa kali Madinah.?

Ada tiga kemungkinan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, gerhana berlangsung terlalu dekat dengan terbit dan terbenamnya Bulan atau Matahari sehingga waktunya sempit. Kedua, prosentase piringan matahari atau bulan yang tertutup hanya 5 persen, kemungkinan besar tidak bisa dilihat dengan mata telanjang hingga peristiwa gerhana luput dari perhatian. Ketiga, bila gerhana bulan terjadi saat mulai berakhirnya musim dingin (sekitar bulan Maret), aktivitas malam orang Arab masih rendah karena beberapa hari sebelumnya suhu udara masih dingin, di samping sisa-sisa mendung menutup gerhana sehingga luput dari perhatian masyarakat Madinah saat itu.

Isu khurafat yang mengiringi gerhana pada masa Rasulullah SAW pun pernah berembus. Gerhana Matahari pada 29 Syawal 10 H di Madinah itu, berbarengan dengan kewafatan Ibrahim putra Rasulullah SAW. Saat itu yang terjadi adalah Gerhana Matahari cincin, di mana hampir 76.40% Matahari terhalang Bulan. Menurut sains, Gerhana Matahari cincin terjadi saat Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari. Bayang-bayang Bulan mengenai bumi. Akibatnya, cahaya matahari yang menuju bumi pada siang hari terhalang oleh bulan. Maka, saat itu Madinah menjadi gelap.

Orang-orang beranggapan, bahwa gerhana saat itu terjadi karena Ibrahim wafat. Anggapan itu segera diluruskan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda, ?Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka segeralah salat.? (HR. Muslim).

Berbeda dengan Gerhana Matahari, Gerhana Bulan terjadi pada malam hari ketika bulan purnama. Gerhana ini terjadi ketika kedudukan Bulan, Bumi, dan Matahari membentuk suatu garis lurus. Saat itu cahaya Matahari terhalang oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan.

Gerhana Bulan Sebagian terjadi saat posisi Bulan-Matahari-Bumi sejajar. Hal ini membuat sebagian piringan Bulan masuk ke umbra Bumi. Akibatnya, saat puncak gerhana terjadi, Bulan akan terlihat berwarna gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi tersebut. Gerhana Bulan inilah yang terjadi pada 14 Rabiul Akhir 1445 H, bertepatan 29 Oktober 2023 M kemarin.

PRM Pulo menggelar shalat Gerhana sebagai wujud menegakkan sunnah. Warga Muhammadiyah mengikuti shalat dan mendengarkan khutbah dengan khusyuk dan khidmat. [AM]