Muazin Itu Telah Pergi

Hikmah:  Meneguhkan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad SAW
Berita

Sumber: Foto milik Wahidin. Suasana pemakaman Nasarudin pada Sabtu, 28 September 2024.

al-huda.id. Keluarga besar DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Jami Al-Huda dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pulo berduka. Pada Sabtu setelah zuhur, 24 Rabiul Awwal 1446 H bertepatan pada 28 September 2024, DKM Al-Huda kehilangan muazinnya. 

Nasarudin –biasa dipanggil Bang Nasri– yang berkhidmah sebagai muazin tetap wafat pada usia 59 tahun. Azan subuh pada Jumat sehari sebelum kewafatannya menjadi azan terakhir yang dikumandangkan. Seru panggilan untuk shalat dari suaranya telah terputus seiring kepergiannya yang cukup mengagetkan. Hari-hari berikutnya, jamaah setia masjid Jami Al-Huda tidak akan mendengar lagi suara azannya yang khas.

Nasarudin menghabiskan banyak waktunya di masjid. Selain mengumandangkan azan, putra Allahuyarham Pak Amit –salah seorang generasi awal pengangkut pasir Ciliwung untuk membangun masjid Muhammadiyah– juga marbot selama hampir 12 tahun. 

Sebelum berpulang, Nasarudin sering mengalami gangguan kesehatan. Menurut Ginanjar, gangguan kesehatan itu sudah dirasakan Nasarudin hampir separuh usianya. Namun, kondisi kesehatan yang demikian itu tidak menyurutkan Nasarudin melaksanakan tugas-tugas sebagai muazin dan marbot. 

“Penyakit abang saya sudah macam-macam, Pak. Tapi, kewajibannya mencari nafkah dan mengurus masjid tidak dia tinggalkan,” kata Ginanjar saat memberikan kata sambutan pada acara takziyah di rumah duka.  

Gugut Kuntari, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pulo sangat terkejut mendengar berita kepergian Nasarudin. Redaksi al-huda.id yang menghubunginya via WA menerima pesan turut berduka cita dan menyampaikan kehilangan yang mendalam. 

“Bang Nasarudin dengan kondisinya yang seperti itu, semangatnya untuk berkhidmah memakmurkan masjid tidak surut. Kami sangat kehilangan. Saya sangat menyesal tidak bisa hadir saat beliau tutup usia,”  pesan Gugut yang tengah mengikuti Pelatihan Ekonomi Kreatif di Kampung Muhammadiyah, Yogyakarta.  

Menurut Gugut, Nasarudin juga disebut sebagai kader yang meneruskan khidmat marbot generasi pertama yang sudah mendahului seperti Pak Majen, Pak Amit Disan, dan Pak Namin. Nasarudin kader yang bertanggung jawab, kinerjanya sangat baik sepanjang menjalankan tugas-tugasnya, baik di masjid maupun di Persyarikatan sebagai Ketua Jamaah sebelum kondisi kesehatannya menurun. 

“Semoga amal ibadahnya diterima Allah subhanahu wa ta’ala, diampuni dosa-dosanya, dan diberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya,” imbuh Gugut menutup pesan voice note kepada redaksi al-huda.id. Dalam pesannya, Gugut beberapa kali menegaskan sangat kehilangan.

Tentu, warga Persyarikatan dan jamaah Masjid Jami Al-Huda merasakan kehilangan yang sama. Mereka kehilangan panggilan azan Nasarudin. Suatu saat, kehilangan itu menjadi rindu ingin mendengar lagi suara Nasarudin menggema.

Kehilangan suara azan ini berlaku juga pada era sahabat. Penduduk Madinah pernah kehilangan azannya Bilal bin Rabah radhiyallaahu anhu. Mereka rindu, ingin mendengar azannya Bilal yang hilang meskipun Bilal masih hidup. Memang, Bilal tidak bersedia mengumandangkan azan lagi setelah kepergian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wafat pada 632 M..

Semoga Bang Nasri dikumpulkan bersama Bilal bin Rabah kelak di surga dengan para muazin. Aamiin. [Redaktur]