Warga Muhammadiyah Memulai Puasa 11 Maret 2024

Hikmah:  Meneguhkan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad SAW
Berita

Sumber: Konferensi Pers PP Muhammadiyah Penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Zulhijah 1445 H. Muhammadiyah.or.id

Al-Huda.id. Warga persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah Ranting Pulo menggelar acara pengistirahatan pengajian rutin pada waktu yang berbeda. Aisyiyah menggelar agenda pengajian rutin ini setelah Zuhur pada Ahad, 21 Sya’ban 1445 H, 03 Maret 2024. Muhammadiyah menggelar pada malam harinya setelah Isya. 

Pada prinsipnya, pengistirahatan pengajian merupakan awal kegiatan amaliyah Ramadhan di Ranting Muhammadiyah Pulo. Secara khusus, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pulo sudah memiliki alat kelengkapan organisasi yang menangani program dan agenda kegiatan selama bulan Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Zulhijah. Alat kelengkapan organisasi yang dimaksud ialah  Pengurus Ta'mirul Ramadhan.

Pada tahun ini, Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H pada 11 Maret, Idul Fitri 1 Syawal pada 10 April, dan Puasa Arafah 9 Zulhijah pada 16 Juni, serta Iduladha 10 Zulhijah 1445 H pada 17 Juni 2024.

Kepastian informasi waktu-waktu penting umat Islam ini disampaikan oleh Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Sayuti pada (20/1) melalui Konferensi Pers di Kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cik Ditiro, No. 23, Kota Yogyakarta.

Turut hadir dalam acara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas.

Muhammad Sayuti menjelaskan, keputusan penetapan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki. SAyuti berharap Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriyah diikuti oleh warga Muhammadiyah.

Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 ini ditandatangani oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada 12 Januari 2024.

Gugut Kuntari, Ketua PRM Pulo pada mukadimah sebelum pengajian menyampaikan penegasan bahwa warga Muhammadiyah Ranting Pulo tidak boleh ragu-ragu melaksanakan Maklumat PP Muhammadiyah di atas. Meskipun pada kenyataan di lapangan akan terjadi perbedaan memulai puasa pada tahun ini.

“Kalau bukan kita warga Muhammadiyah, siapa lagi yang yang harus mematuhi maklumat ini,” ujar Gugut.

Abdul Mutaqin, mengulas secuplik sejarah berdiri Ranting Muhammadiyah Pulo saat mengisi materi pengajian. Menurutnya, ada kekuatan Muhammadiyah Pulo warisan para perintisnya yang sudah terkikis pada hari ini. Kekuatan yang dimaksud adalah kesatupaduan gerakan, amal, dan kepatuhan pada garis organisasi.

Dahulu para perintis Muhammadiyah Pulo kompak menggali pasir Ciliwung, kompak beramal, kompak mengikuti pengajian, dan kompak shalat di masjid yang mereka bangun. Hari ini, kekuatan itu dikikis oleh segelintir orang luar persyarikatan. Dan yang menyedihkan, ada warga persyarikatan malah larut pada segelintir orang ini. Maka, jati diri Muhammadiyahnya tidak genuine lagi, jadi ambigu. 

Bila ingin mengembalikan spirit perjuangan para pendahulu bagaimana merawat Muhammadiyah, caranya sederhana, kembali ke “setelan pabrik”. Bagaimana cara kembali ke “setelan pabrik” yang dimaksud. “Shalat dan tarawih di Al-Huda, ngajinya di Al-Huda, urusan Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Zulhijah ikuti maklumat PP. Muhammadiyah. Seperti orang-orang tua kita dahulu. Sederhana, kan?” tegas Abdul Mutaqin.

Jadi, sudah saatnya Muhammadiyah Ranting Pulo berbenah menata kembali Persyarikatan ini seperti cita-cita hari ini: “Mewujudkan Persyarikatan yang Unggul, Mandiri, dan Berkemajuan”. Cita-cita ini berat, beratnya melampaui cita-cita sederhana para pendahulu. Karena itu, Muhammadiyah Ranting Pulo harus kembali ke "setelan pabrik", kembali pada kesatupaduan gerakan, amal, dan kepatuhan pada garis organisasi. Langkah ini tidak bisa ditawar lagi. (AM)