Bumi Syam dan Palestina (Bag.1)

Hikmah:  Meneguhkan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad SAW
Dunia-Islam

SYAM bumi mulia. Alquran dan Hadits menyebut kemuliaannya di berbagai ayat dan riwayat. "Bumi yang Kami telah berkahi" dalam surah al-Anbiya ayat ke-71 dan kalimat "Kami berkati sekitarnya" dalam surah al-Isra Ayat ke-1 ditafsirkan banyak mufassir sebagai negeri Syam. Demikian juga dengan kata ?bumi? dalam surah al-A'raf ayat 137 dengan bagian timur dan bagian barat bumi ditakwilkan sebagai Syam.

Hadits riwayat Bukhari menyebutkan, penduduk Syam senantiasa berada di atas al-haq yang dominan hingga datang kiamat. "Sebagian umatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan Allah dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian. Mu'adz berkata: ?Dan mereka adalah penduduk Syam."

Boleh jadi demikian, bahkan menurut riwayat Imam Turmudzi, karakter penduduk Syam menjadi tolok ukur kebaikan syariat atau kehancurannya. "Jika penduduk Syam rusak agamanya, maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian?.

Syam juga disebut sebagai benteng terakhir perang dahsyat akhir zaman dalam riwayat Imam Ahmad, dikaruniai pasukan terbaik dan menjadi lokasi turunnya Nabi Isa AS dalam riwayat Imam Muslim, dan di negeri di mana kelak Dajjal akan menemui ajalnya seperti riwayat Imam Ahmad.

Begitu istimewanya bumi Syam, Imam An-Nasai meriwayatkan bahwa negeri tersebut dinaungi sayap malaikat rahmat dan merupakan pusat negeri Islam pada akhir zaman.

Demikianlah sebagian kecil dari keistimewaan bumi Syam menurut Alquran dan beberapa riwayat Hadits. Secara khusus, Rasulullah SAW pernah pula berdoa meminta keberkahan untuk Syam. Allahumma bariklana fii Madinatina, wa bariklana fii mudina wa sho?ina, wa bariklana fii Haromina, Wabariklana fii syamina. ?Ya Allah, berkahilah untuk kami Madinah kami ini, berkahilah mud kami dan sha kami, berkahilah kami pada negeri Haram kami, dan berkahilah kami pada Syam kami.?

Di mana itu Syam?

Syam atau Negeri Syam adalah sebuah daerah yang terletak di timur Laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab, dan sebelah selatan Pegunungan Taurus. Bila membaca peta saat ini, sebelah utara Syam berbatasan dengan Turki, di timur berbatasan dengan Irak, di selatan berbatasan dengan Saudi Arabia dan Mesir, dan di sebelah barat berbatasan dengan Laut Mediterania.

Kata ?Syam? konon berasal dari kata Saryaniyah yang kembali kepada Syam Bin Nuh yang tinggal di negeri tersebut sesudah terjadi banjir. Sejak dahulu, karakter penduduk keturunan putra Nabi Nuh berbahasa Suryani ini dikenal sangat perkasa dalam peperangan, suka bepergian, dan pembelajar.?

Penduduk Syam sangat teguh memelihara bahasa Suryani sejak abad ke-7 SM sampai abad ke-17 meskipun mereka berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Pada saat Islam datang, mereka menyambut gembira. Bahkan, mereka membantu orang Arab melawan tentara Romawi. Semenjak berada dalam kekuasaan Islam, penduduk Syam mengalihkan semua budaya mereka dalam budaya Islam. Perlahan-lahan, bahasa Suryani pun berganti dengan bahasa Arab. Tak pelak, bahasa Arab mendominasi seluruh bahasa yang lain untuk beberapa abad di bumi Syam.

Bila disebut Syam maka ia mencakup Palestina, Suriah, Libanon dan Yordania. Negeri-negeri ini disebut Diyarun Nabiyyin atau Tanah Para Nabi. Disebut Tanah Para Nabi karena di bumi inilah Allah banyak mengirim utusan untuk mendampingi peradaban manusia. Allah mengutus Nabi Luth, Ishaq, Yaqub, Ayyub, Zulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa?, Zakaria, Yahya, dan Isa di bumi Syam yang diberkahi ini.

Selain Bumi Para Nabi, Syam juga menjadi bumi pilihan karena ia sebagai tempat hijrahnya Bani Israil, sebagai tempat perjalanan Isra? (naiknya) Nabi Muhammad SAW ke langit tujuh pada peristiwa Isra? dan Mi?raj, bumi sebagai tempat hijrahnya Nabi Ibrahim, dan bumi sebagai tempat kerajaan Nabi Sulaiman.

Dalam Sirah Nabawiyah, Syam?tepatnya di Bushra? juga tercatat sebagai negeri yang dikunjungi Muhammad SAW sewaktu beliau berusia 12 tahun. Saat itu, beliau mengikuti ekspedisi dagang bersama pamannya, Abu Thalib. Bisa dipastikan, ekspedisi dagang Abu Thalib saat itu terjadi pada saat di Makkah sedang berlangsung Musim Panas.?

Tujuan berniaga kafilah dagang Quraisy selalu mengikuti musim; Musim Panas? (al-Shaif) dan Musim Dingin (al-Syita?) seperti disinggung QS. Al-Quraisy [106] :1-2. Pada saat Makkah dilanda musim panas, kafilah dagang Quraisy menuju Syam yang terletak di utara Makkah. Saat itu, cuaca Syam sedang sejuk. Sebaliknya, pada saat musim dingin di Makkah melanda, kafilah dagang Quraisy menuju Yaman yang terletak di selatan Makkah. Saat itu, cuaca di Yaman sedang hangat.

Adalah Hasyim bin Abdul Manaf, nenek moyang Rasulullah SAW yang menginisiasi dua rute dagang Quraisy itu. Sejarah mencatat, di bawah kepemimpinan Hasyim, Makkah berkembang menjadi pusat perdagangan yang sangat makmur. Suatu hari, Hasyim berkata kepada penduduknya. ?Wahai penduduk Makkah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke negeri Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian untuk berniaga ke negeri Syam yang sejuk.?

Lalu, keistimewaan apa yang dijumpai Muhammad SAW saat mengikuti ekspedisi dagang Quraisy bersama Abu Thalib di Syam???