Bumi Syam dan Palestina (Bag.2)

Hikmah:  Meneguhkan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad SAW
Dunia-Islam

Sumber: Monastery of Bahira the monk. Sumber: https://www.islamiclandmarks.com

TANDA-tanda nubuwwah merupakan hal paling istimewa dari Muhammad SAW yang tersingkap di Bushra. Bushra ?wilayah antara Syam dengan Hijaz? merupakan wilayah tempat seorang rahib bernama Bahira atau Buhaira tinggal.?

Dalam bahasa Suryani ?bahasa Suryani disebut juga bahasa Suriah, sebuah bahasa Aram Timur yang pernah dipertuturkan di sebagian besar wilayah Bulan Sabit Subur dan Arab Timur? Nama ?Buhaira? artinya ?lautan luas?. Kata ini berasal dari bahasa Aram. Kata ?Buhaira? atau ?Bahira? dalam bahasa Aram artinya? ?terpilih?. Dengan demikian, Bahira atrau Buhaira adalah nama gelar, bukan nama diri. Nama sebenarnya atau nama baptis rahib ini adalah Segeus atau Gergeus.

Mengapa Bahira begitu takjub dengan Muhammad SAW?

Bahira dikenal sebagai seorang pendeta yang menguasai ilmu falak dan perbintangan. Dia membangun biaranya di pinggir jalan utama menuju ke Syam dan selalu tinggal di dalamnya. Dia tinggal di sana khususnya pada musim lewat para pelancong dan kafilah dagang. Bahira kerap menyerukan kepada para kafilah untuk tidak menyembah berhala dan hanya mengesakan Allah.

Satu kali, Bahira melihat kafilah dagang melintas biaranya. Bahira terheran-heran melihat fenomena alam yang tidak biasa. Dilihatnya awan bergerak memayungi seseorang ke manapun orang itu melangkah. Keheranan Bahira mendorongnya mengundang kafilah itu datang ke biara dan menjamu mereka.

Saat kafilah sudah berada di biaranya, Bahira sadar, dia tidak mendapati sosok yang sesungguhnya sedang dia amati di meja jamuan. Maka, Bahira bertanya, apakah masih ada tersisa anggota kafilah yang belum bergabung. Anggota kafilah memberi tahu memang mereka meninggalkan seseorang untuk menjaga unta-unta mereka yang tidak lain adalah Muhammad SAW yang waktu itu baru berusia 12 tahun. Bahira meminta agar orang itu didatangkan untuk bergabung bersama mereka.

Ketika Bahira melihat wajah Muhammad SAW, dia gembira karena dia mengetahui dari kitab suci kabar tentang kedatangan seorang nabi perkasa. Bahira bisa melihat tanda-tandanya pada anak laki-laki itu. Bhaira lalu menanyakan beberapa pertanyaan seperti bagaimana dia tidur, apa yang dia lihat ketika dia tidur, apa yang dia pikirkan, dan apa yang dia lakukan sepanjang hari. Muhammad muda menjawab dengan jujur. Jawaban beliau ini meyakinkan Bahira tentang siapa dia laki-laki muda yang sedang dia tanyai.

Setelah perjamuan usai, Bahira mendekati Abu Thalib dan menanyakan hubungannya dengan Muhammad SAW. Abu Thalib awalnya menjawab bahwa dia adalah putranya, namun Bahira mengatakan bahwa Abu Thalib berbohong lalu Abu Thalib membenarkan bahwa Muhammad SAW adalah putra saudaranya.?

Bahira mengungkapkan kepada Abu Thalib bahwa Muhammad SAW akan menjadi nabi besar suatu hari nanti. Bahira mengatakan, ketika ia melihat kafilah itu di kejauhan, ada awan yang menggantung di atas mereka, yang melindungi mereka dari panasnya gurun pasir. Ketika kafilah berhenti di bawah pohon, awan juga berhenti di atas mereka.

Bahira juga mengatakan bahwa dia telah melihat batu-batu dan pohon-pohon bersujud kepada Muhammad SAW ketika dia lewat. Pohon-pohon dan batu-batu hanya melakukan hal ini kepada seorang nabi Allah.

Bahira lalu meminta izin hendak melihat tanda kenabian di antara kedua pundak Muhammad SAW. Bahira takzim, dia menemukan tanda berbentuk oval menonjol tepat di bawah tulang belikat Muhammad SAW. Bahira lalu mencium antara kedua pundak Muhammad SAW itu. Bahira mengatakan bahwa ini adalah telah disebutkan diajarkan dalam kitab-kitab mereka. Bahira berkata, ?Inilah penguasa seluruh umat manusia. Allah akan mengutusnya dengan membawa risalah yang akan menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia.?

Karena tanda keistimewaan ini, Bahira pun berpesan kepada Abu Thalib agar ia menjaga Muhammad SAW baik-baik. Bahira meminta Abu Thalib segera kembali ke Makkah, membawa kembali Muhammad SAW pulang karena khawatir keselamatan Muhammad SAW bila ditemukan oleh orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda kenabian itu dan hendak membunuhnya. Abu Thalib menurut nasihat Bahira ini dan mengirim Muhammad kembali dengan beberapa pemandu.

Namun, tanda keistimewaan ini bukan satu-satunya alasan Bahira menaruh ketakjuban kepada Muhammad SAW. Bahira bukan seperti umumnya para rahib saat itu. Dia rahib penganut ajaran Arius dan Nustur yang tidak menerima doktrin ketuhanan Yesus, bahkan pantang menyebut Yesus sebagai Tuhan. Aliran Arius dan Nustur percaya, baik Yesus maupun Maryam adalah manusia yang merupakan perwujudan dari kalimat luhur.

Akan tetapi, apa yang terjadi kemudian soal kekhawatiran Bahira pada keselamatan Muhammad SAW justru menimpa dirinya.

Dikisahkan, Bahira memiliki seorang murid setia bernama Mudzhib. Di kemudian hari, Mudzhib ini menjadi guru dari Salman al-Farisi sebelum Salman masuk Islam. Muhdzib lah yang mengabarkan bahwa Bahira mati di tangan orang Yahudi. Bahira terbunuh sebagai korban kelicikan beberapa orang Yahudi yang jahat.

Inilah salah satu kisah di bumi Syam yang berhubungan dengan kisah hidup Nabi Muhammad muda bertemu seorang rahib di Bumi Para Nabi itu.