Keutamaan Menuntut Ilmu
Sumber: Foto ilustrasi dari https://ecards.islam.com.kw/
Oleh: Abdul Mutaqin*
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِّعْمَةَ، وَجَعَلَ أُمَّتَنَا وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ خَيْرَ أُمَّةٍ، وَبَعَثَ فِيْنَا رَسُوْلًا مِّنَّا يَتْلُوْ عَلَيْنَا اٰيَاتِهِ وَيُزَكِّيْنَا وَيُعَلِّمُنَا الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ، أَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ الْجَمَّةِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْــــكَ لَهُ شَهَادَةً تَكُوْنُ لـِمَنِ اعْتَصَمَ بِـهَا خَيْرَ عِصْمَةٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ لِلْعَالـَمِيْنَ رَحْمَةً، وَفَرَضَ عَلَيْهِ بَيَانَ مَا أَنْزَلَ إِلَيْنَا فَأَوْضَحَ لَنَا كُلَّ الْأُمُوْرِ الـْمُهِمَّةِ، فَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ الْأُمَّةَ،
صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِي الْفَضْلِ وَالْهِمَّةِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُوْنَ،
أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Ma’asyiral muslimin, sidang jum’ah rahimakumullah.
Marilah senantiasa kita memuji Allah, Tuhan yang memberi segala macam nikmat sebagai bentuk syukur kepada-Nya. Semoga kita menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur dengan menyalurkan semua nikmat di jalan takwa. Karena itu pula, khatib berwasiat untuk diri khatib sendiri dana jamaah sekalian, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, yaa ulil albaab.
Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Ma’asyiral muslimin, sidang jum’ah rahimakumullah.
Tidak ada satu pun kitab suci selain Alquran yang menempatkan membaca sedemikian penting. Tidak ada agama apa pun selain Islam yang memberi perhatian sangat besar pada ilmu pengetahuan. Dan, tidak ada pemimpin umat di dunia ini yang sangat besar perhatiannya pada kewajiban menuntut ilmu melebihi perhatian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lima ayat Alquran yang kali pertama diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah surah al-Alaq. Ayat pertama diawali dengan kata iqra’ yang berarti “bacalah”. Kata “iqra” terulang sebanyak dua kali di permulaan surah. Selanjutnya kata ‘ilmu’ dengan berbagai derivasinya terulang sebanyak tiga kali. Kata berikutnya adalah “al-qalam” sebanyak satu kali. Kata iqra, `allama, ya`lam serta al-qalam memberi makna yang menggambarkan proses mendapatkan ilmu pengetahuan dan media transformasinya.
Maka, bila kita cermat memahami penjelasan para ahli tafsir pada kelima ayat tersebut, kesimpulan yang didapat adalah, betapa tinggi penghargaan Alquran terhadap ilmu pengetahuan dengan tiga kata sebagai simbolnya yakni; membaca, ilmu, dan pena.
Memang benar Alquran bukan buku ilmiah, akan tetapi, tidak tertulis satu potongan ayat pun di dalamnya yang bermakna menghambat perkembangan ilmu pengetahuan atau melarang proses belajar. Sebaliknya, bahkan terdapat hampir 750 ayat dalam Alquran yang bersinggungan, baik secara langsung atau tidak dengan berbagai bidang keilmuan seperti kosmologi, kedokteran, geologi, dan sebagainya. Maka tidak heran apabila para pakar bahasa Alquran menyatakan menjumpai penyebutan kata “al-`ilm” dan derivasinya hampir sebanyak 854 kali. Para pakar itu juga menemukan berbagai ungkapan yang menunjuk pada kesamaan makna seperti al-`aql, al-fikr, al-nazhr, al-bashar, al-tadabbur, ali`tibâr dan al-dzikr. Makna kata-kata tersebut sangat erat kaitannya dengan belajar, berpikir, merenung, memahami, atau makna semisalnya yang bermakna menggali ilmu pengetahuan.
Ma’asyiral muslimin, sidang jum’ah rahimakumullah.
Allah yang menciptakan manusia, Allah pula yang membekali manusia dengan berbagai potensi agar manusia bisa belajar. Diberikannya manusia akal, hati, penglihatan, pendengaran, dan kecerdasan. Tidak ada makhluk Allah yang sedemikian lengkap diberikan potensi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan seperti yang Allah berikan kepada manusia. Boleh jadi, inilah salah satu alasan mengapa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap manusia beriman.
طلبُ العلمِ فريضةٌ على كلِّ مسلمٍ ررواه ابن ماجه
“Mencari ilmu adalah kewajiban bagi tiap-tiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Maka dari itu, apabila manusia tidak mau menuntut ilmu, tidak mau belajar, padahal dia sudah diberikan potensi untuk belajar dan memperoleh ilmu, durhakalah dia, berdosalah di hadapan Allah. Manusia yang enggan belajar, enggan menuntut ilmu, sama saja dia tidak menjalankan perintah dan tidak mensyukuri potensi yang sudah diberikan Allah kepadanya.
Manusia yang tidak mau belajar dan menuntut ilmu, perlu diingatkan bahwa di antara hal yang menyebabkan terjerumusnya manusia ke dalam kesesatan adalah karena ketiadaan ilmu. Sedangkan kesesatan itu membawa manusia ke jurang kehinaan, yakni siksa yang amat pedih. Alquran mengingatkan, neraka Jahannam itu banyak dihuni manusia bukan saja karena tersesat, melainkan karena dia tidak menggunakan potensi yang sudah Allah berikan untuk belajar dan menuntut ilmu.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
“Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. al-A'raf [7] :179).
Ma’asyiral muslimin, sidang jum’ah rahimakumullah.
Keutamaan ilmu sudah sering dibicarakan di mimbar-mimbar Jumat, di pengajian-pengajian, atau di tabligh-tabligh. Namun, keutamaan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, perlu lebih banyak disampaikan di forum-forum pengajian atau di mimbar-mimbar Jumat. Hal ini perlu dilakukan agar umat bergairah pada kecintaan menuntut ilmu serta meneguhkan kesabaran, kesungguhan, dan keikhlasan bagi para penuntut ilmu. Sebab, memang menuntut ilmu adalah perkara yang amat berat.
Banyak orang yang sangat ingin berilmu dan menjadi orang yang memiliki ilmu, akan tetapi mereka tidak tahan dengan lelah dan letihnya menuntut ilmu. Mereka ingin cepat alim dengan cara yang cepat dan mudah. Padahal semua tahu, ilmu tidak mungkin didapatkan dengan cara yang instan. Ia tidak diperoleh dengan bersantai, ditempuh dengan leha-leha, atau diharap-harap sambil berpangku tangan saja. Akan tetapi, orang harus berjihad, berkorban harta, tenaga, pikiran, dan waktu untuk mendapatkan ilmu. Yahya bin Abi Katsir rahimahullah pernah berkata:
لَا يُستَطَاعُ الْعِلْمُ بِرِاحَةِ الْجِسْمِ
“Ilmu tidak akan didapatkan dengan tubuh yang santai (tidak bersungguh-sungguh)”
Imam Syafi’i rahimahullah pernah mengisyaratkan perjalanan dan perjuangan berat menuntut ilmu dengan hasil yang baik. Beliau berkata, “Tidak mungkin menuntut ilmu orang yang pembosan, merasa puas jiwanya kemudian ia menjadi beruntung, akan tetapi ia harus menuntut ilmu dengan menahan diri, merasakan kesempitan hidup dan berkhidmat untuk ilmu, maka ia akan beruntung.”
Akan tetapi, berbagai kesusahan yang menimpa seseorang dalam perjalanan menuntut ilmu, sesungguhnya dia sedang meniti jalan kemudahan menuju surga. Jadi, imbalan bersusah-payah mencari ilmu bukanlah pujian, bukan gelar ilmiah, dan bukan keuntungan sesaat. Imbalannya tidak main-main yaitu jalan kemudahan menuju surga. Inilah janji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada siapa saja penuntut ilmu syar'i.
مَن سلَكَ طريقًا يلتَمِسُ فيهِ علمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طريقًا إلى الجنَّةِ ررواه مسلم
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Di lain hadits, siapa saja yang keluar rumah dengan tujuan menuntut ilmu, maka dia disamakan dengan melakukan jihad. Tentu, pahalanya pun, besar kecilnya setara dengan pahala jihad fi sabilillah.
عن أنس رضي الله عنه , مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فيِ سَبِيلِ اللهِ حتَّى يَرْجِعَ رواه الترمذي
"Siapa yang keluar dalam rangka mencari ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali." (HR. At-Turmudzi)
Dalam perkara jihad hakiki, yakni berjuang di medan perang mengangkat senjata, Alquran bahkan tidak memperkenankan kaum muslimin terjun semuanya ke medan perang itu, melainkan harus ada sebagian dari mereka yang berjihad di medan ilmu. Alquran secara eksplisit menyebutnya dengan tafaqquh fiddin dalam QS. at-Taubah [9]: 122.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَࣖ
“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?”
Ma’asyiral muslimin, sidang jum’ah rahimakumullah.
Keutamaan yang lain dari bersusah payah menuntut ilmu adalah karunia mendapatkan permohonan ampun. Dalam redaksi hadits yang lengkap tentang kemudahan jalan menuju surga bagi penuntut ilmu yang Allah berikan, dikatakan bahwa para malaikat benar-benar meletakkan sayap-sayap mereka untuk para penuntut ilmu karena ridha terhadap apa yang mereka cari. Dan sesungguhnya seorang ulama dimohonkan ampunan untuknya oleh semua yang ada di langit dan di bumi, sampai-sampai ikan yang ada di dalam air.
Subhanallah, begitulah hikmah keutamaan dari bersungguh-sungguh mencari ilmu.
أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغِفُرالله لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّه هُوِ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.
Ma’asyiral muslimin, sidang jum’ah rahimakumullah.
Dalam sejarah peradaban Islam, kita mengenal perjalanan ulama menemui guru-guru untuk mengonfirmasi dan belajar sebuah hadits. Inilah yang disebut dengan rihlah ilmiyah fil hadits.
Imam al-Bukhari adalah salah satu dari Imam Hadits yang menempuh rihlah ilmiah terpanjang. Dari rihlah demi rihlah ini, Imam al-Bukhari belajar kepada banyak guru. Beliau menulis hadits dari 1.080 orang guru para ulama ahli hadits.
Guru sebanyak itu ditemui Imam al-Bukhari hampir di sebagian besar pusat peradaban Islam. Beliau mengunjungi Syam, Mesir, Aljazair, Basra, menetap di Makkah dan Madinah selama enam tahun, Kufah, dan Baghdad. Tak jarang, Imam al-Bukhari bolak-balik ke tempat tersebut karena mendapati keterangan baru atau hadis baru. Tak heran, Imam Bukhari berkunjung ke Syam, Mesir, dan Jazirah sebanyak dua kali, ke Basrah empat kali dan tidak dapat dihitung berapa kali beliau mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits.
Beliau memulai perjalanannya dari kota kelahirannya yaitu di Bukhara ke Balakh untuk menemui dan berguru kepada para ulama dengan menempuh perjalanan sekitar 600 km, kemudian dari Balakh beliau meneruskan perjalanan ke Maru dengan menempuh perjalanan sekitar 800 km. dari Maru ke Naisabur sekitar 140 km, dari Naisabur ke Ray sekitar 760 km, dari Ray ke Wasith sekitar 985 km, dari Wasith ke Basrah sekitar 365 km, dari Basrah ke Kufah sekitar 390 km, dari Kufah ke Baghdad sekitar 164 km, dari Baghdad ke Madinah sekitar 1.530 km, dari Madinah ke Makkah sekitar 130 km, dari Makkah ke Jeddah sekitar 70 km, dari Jeddah ke Bahrain sekitar 130 km, dari Bahrain ke Fustat sekitar 1080 km, dari Fustat ke `Asqaland sekitar 500 km, dari Asqalan ke Qaisarah sekitar 118 km, dari Qaisarah ke Damaskus sekitar 400 km, dari Damaskus ke Baghdad sekitar 915 dan kemudian beliau kembali lagi ke tempat kelahirannya yaitu Bukhara. Seluruh perjalanan yang ditempuh Imam al-Bukhari dalam mencari hadis dari Bukhara sampai kembali ke Bukhara, diperkirakan mencapai 14.000 km. Jarak rihlah sepanjang itu dimulai Imam al-Bukhari saat beliau menginjak usia 18 tahun.
Dari semua perjalanan itu, Imam al-Bukhari mengumpulkan sedikitnya 600 ribu hadits. Dari angka tersebut, 300 ribu di antaranya dihafal. Hadis-hadis yang dihafal itu terdiri dari 200 ribu hadis tidak sahih dan 100 ribu hadis sahih. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam al-Bukhari menuliskan sebanyak 9082 yang sudah beliau seleksi dari keseluruhan koleksi hadist dalam karya monumentalnya Al Jami' al-Shahih yang dikenal sebagai Sahih Bukhari. Dalam studi hadits, Sahih Bukhari merupakan kitab hadits paling muktabar yang menjadi rujukan para ulama. Karena itu, Imam al-Bukhari dikenal dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits, atau pemimpin orang-orang yang beriman dalam hal ilmu hadits.
Ma’asyiral muslimin, sidang jum’ah rahimakumullah.
Apa pelajaran berharga dari kisah Imam al-Bukhari dalam kaitannya menuntut ilmu? Jawabannya seperti yang pernah diungkapkan Imam as-Syafi’i rahimahullah berikut ini:
أَخي لَن تَنالَ العِلمَ إِلّا بِسِتَّةٍ
ذَكاءٌ وَحِرصٌ وَاِجتِهادٌ وَبُلغَةٌ
وَصُحبَةُ أُستاذٍ وَطولُ زَمانِ
Saudaraku, ilmu itu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam syarat
yaitu cerdas, ambisi, sungguh-sungguh, biaya,
pendampingan guru, dan waktu yang lama.
Jadi, kesimpulannya, menuntut ilmu memang membutuhkan kesiapan energi lahir dan batin. Wajarlah, apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai jalan jihad fi sabilillah. Jihad fi sabilillah dalam Islam termasuk maqam tertinggi. Karena itu, salah satu keutamaan menuntut ilmu adalah dibukakannya jalan kemudahan masuk surga bagi yang menempuhnya.
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang tidak pernah lelah menuntut ilmu. Aamiin.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ
Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (Adam) dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa). Ubun-ubun ku di tangan-Mu, keputusan-Mu berlaku padaku, ketentuan-Mu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penentram hatiku, cahaya di dada ku, pelenyap duka dan kesedihanku.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ ِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
عِبَادَ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ
__________
*Anggota Korps Mubaligh Muhammadiyah Kota Depok.